Usai dinyatakan positif, keluarga dari pasien Covid-19 yang berada di Kecamatan Ipuh langsung dilakukan pengambilan swab. Langkah ini guna memastikan apakah pihak keluarga ada yang terpapar atau tidak. Meskipun kontak terakhir keluar di Ipuh dengan pasien pada 6 April 2020.
“Senin (hari ini) atau Selasa akan diambil swab,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Mukomuko, Desriani, SH, Minggu (10/5).
Warga yang akan diambil swab ini, istri dan dua orang anak pasien. Selain pengambilan swab juga dilakukan rapid test kembali terhadap ketiganya. Ini untuk mengetahui lebih dini kemungkinan terpapar atau tidak. Sebab menunggu hasil uji swab membutuhkan waktu yang terkadang lebih dari satu minggu. “Jadi nanti petugas yang di Ipuh akan melaksanakan pengambilan swab maupun rapid test,” kata Desriani.
Sebelumnya terang Desriani, ketiga anggota keluarga ini sudah rapid test pada 3 Mei 2020. Hasilnya ketiga anggota keluarga non reaktif.
“Hasil rapid test 3 Mei lalu itu non reaktif. Nah dilakukan rapid tes lagi. Karena bisa jadi saat rapid test awal belum ada perlawanan, karena masih baru. Makanya di rapid test yang kedua kalinya seraya menunggu hasil uji swab,” kata Desriani.
Rapid test juga digelar kepada menantu dari pasien, dua cucu serta sopir mobil travel yang ditumpangi pasien saat ke Bengkulu. Hasil rapid test mereka, seluruhnya non reaktif. “Anggota keluarga yang di Ipuh itu tetap wajib menjalankan karantina atau isolasi mandiri,” tutup Desriani.
Sementara itu, Ketua Komisi III DPRD Mukomuko Wisnu Hadi, SE, MM mendesak Gugus Tugas segera melacak dan mengetahui sumber penularan dari pasien tersebut. Siapa terduga penularnya, kemudian di mana dan kapan terjadinya. Ini agar terciptanya rasa tenang di tengah masyarakat khususnya di masyarakat Ipuh.
“Sudah diumumkan yang positif warga Ipuh. Tapi belum tahu kita yang bersangkutan ini kira-kira tertular dari siapa, dimana dan kapan,” kata Wisnu.
Ia khawatir jika hal itu tidak dilakukan pelacakan, bisa mengakibatkan kepanikan di tengah masyarakat. Sehingga timbul keresahan yang berlebihan. Selain itu, jika sudah tahu dimana, kapan dari kira-kira dari siapa,
Pemkab Mukomuko bisa mengambil tindakan cepat untuk melakukan penanganan dan pencegahan penularan. “Kalau seandainya pasien ini tertular di atas tanggal 6 April, artinya kemungkinan tertular di Kota Bengkulu. Masyarkat Ipuh bisa sedikit tenang dan tidak perlu panik berlebihan. Karena yang bersangkutan belum pernah pulang ke Ipuh sejak tanggal itu.
Tapi kalau seandainya beliau sudah tertular sebelum tanggal 6 April, ini akan menjadi tugas berat Pemkab dan kita semua,” jelas Wisnu.
Sebab, tidak menutup kemungkinan telah terjadi penularan ke orang lain. Entah keluarganya atau warga lain. Apalagi informasinya, pasien ini berangkat ke Bengkulu menumpang mobil travel.
“Artinya sopir travel, penumpang yang satu mobil dengan pasien ini harus dilacak, dan harus ketemu semua. Makanya saya meminta pastikan dulu, dia tertular dari siapa, kapan dan dimana. Supaya Pemkab enak kerja,” saran Wisnu.
Bupati Mukomuko, H. Choirul Huda, SH mengatakan, berdasarkan keterangan ahli kesehatan, bahwa virus tersebut hanya bertahan selama 14 hari. Artinya, dinyakini sopir mobil travel dan penumpang lainnya aman dari kemungkinan terpapar.
Sebab pasien tersebut sudah 24 hari berada di Kota Bengkulu. Selama itu, tidak ada warga yang mengeluhkan atau menunjukkan gejala terpapar Covid-19. “Jadi logikanya, kalau terpapar, dia sudah sembuh. Karena sudah tiga minggu di Bengkulu.
Pasien ini baru reaktif rapid testnya, ketika masuk minggu keempat berada di Bengkulu, saat hendak berobat rutin cuci darah yang harus dilakukan dua kali seminggu,” jelas Bupati.
*
harianrakyatbengkulu.com